Sunday, June 3, 2012

35 Hari Untuk Selamanya

Biarpun gue kelihatannya galak, gue itu sebetulnya mudah sekali menyerah.
Biasanya akan melakukan pembelaan; gini aja udah oke lah.


Maka di saat gue kembali mengungkapkan keinginan audisi untuk sekolah di Eropa lagi, banyak keluarga dan teman yang membelalak. Selain karena gue sebetulnya ga punya duitnya karena udah dialokasikan untuk beberapa musibah keluarga tahun lalu, juga karena banyak yang mengira gue udah memusnahkan mimpi itu sejak gue ke Jerman dua tahun yang lalu.


Pada saat itu, keadaan serba mendukung. Finansial aman, keluarga sehat, gue pun siap berangkat. Tapi kenyataannya, karena suara gue yang memiliki range dan batas suara atas-bawah yang unik, gue pun divonis harus berlatih ulang total sebagai sopran. Hal itu ga bisa instan, butuh waktu dan latihan yang tepat. Maklum, standar belajar musik klasik di Eropa itu luar biasa tinggi, jadi ga bisa asal masuk aja. Audisi dari 200-500 orang, bisa aja yang masuk di bawah 10 orang.


Pulang dari perjalanan itu, keluarga gue mengalami beberapa hal, yang membuat gue harus melupakan sejenak impian gue. Musibah menimpa kakak gue, dan tanpa jeda, nyokap gue. Gue sempet berpikir, apa gue terlalu egois untuk punya mimpi? Tapi namanya cita2, selama masih bisa dikejar, ya gue kejar. I am that kind of person who would push my luck. Dari kecil gue pengen belajar di luar negeri, dan berkombinasi dengan cinta gue pada musik yang terus bertambah...this is not something I can easily give up on. Dan melihat hasil kegilaan kakak gue yang tertua, yang sekarang karirnya luar biasa di bidang musik, gue cukup yakin, eventually it will pay off. This is worth it.


So here I am today. Menginjakkan kaki di benua Eropa kedua kalinya.
Dengan uang super pas2an, yang cuma cukup untuk selama gue audisi aja, gue mungkin terdengar sangat gila. Apalagi dengan pekerjaan yang gue punya di Jakarta. Orang bilang udah cukup buat gue settle.


The truth is...settling was never an option.
Kebahagiaan itu sederhana. Gue bangun pagi liat nyokap juga bahagia kok. Tapi yang membedakan itu, seberapa mampu kita berbagi kebahagiaan itu, sebanyak apa, dengan orang lain. I simply want more.


And what surprised me, I cannot believe how much support I get from so many people!
Dari bantu cari tiket, bantu cari tempat tinggal, bantu ngomong ke profesor atau direktor sekolah musik, bantu latihan, sampai bantuan2 moril yang ga terhitung banyaknya...gue bener2 terharu! Thank you, semua...gue punya support system yang luar biasa banget. Gue akan melakukan yang terbaik. Tapi apapun hasilnya, gue ga akan pernah menyesali ini.


I am happy because I keep true to myself, I finally stick out to something I love and fight for it. Whatever the result would be, I am already a winner.



Greetings from Vienna. :))

No comments:

Post a Comment