Monday, July 30, 2012

Eurotrip

It's been a while...

Terlalu banyak yang harus diceritakan, terlalu banyak yang harus dilakukan...
But I'll try. :)

Seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya, perjalanan ke Eropa kali ini adalah "a closing of a chapter". Whatever the result is, I just want a dream to meet its answer.
As most of my life is, the journey is fulfilled with drama...

Setelah sekitar 14 jam perjalanan pesawat, plus penantian 4 jam di stasiun, saya naik kereta dari Vienna menuju Freiburg, Jerman.

Anyhow, long story short, i tried my best doing the audition in Freiburg.
Unfortunately, I failed. I know it wasn't good enough, but I was actually glad I tried.
Setelah seharian duduk nangis di bawah pohon, I decided to move on. I still have 2 more auditions to go; in Vienna and in Trossingen. If Freiburg is not the place for me, I should get over it soon.

Feeling a bit heartbroken, I took the train to Vienna and meet a well-known teacher immediately.
It was fast, it was fun, and the next thing I know...I AM ACCEPTED IN VIENNA CONSERVATORY.

Yupp.
I AM ACCEPTED.

after everything I have been through, it pays off.
But do I have all the reasons to be happy?
Not really.

You see, I do not have the money to be enrolled yet.
Jadi sekarang pilihannya adalah untuk mendapat beasiswa, sponsorship...atau...
Give it up.

We'll see.





Sunday, June 3, 2012

35 Hari Untuk Selamanya

Biarpun gue kelihatannya galak, gue itu sebetulnya mudah sekali menyerah.
Biasanya akan melakukan pembelaan; gini aja udah oke lah.


Maka di saat gue kembali mengungkapkan keinginan audisi untuk sekolah di Eropa lagi, banyak keluarga dan teman yang membelalak. Selain karena gue sebetulnya ga punya duitnya karena udah dialokasikan untuk beberapa musibah keluarga tahun lalu, juga karena banyak yang mengira gue udah memusnahkan mimpi itu sejak gue ke Jerman dua tahun yang lalu.


Pada saat itu, keadaan serba mendukung. Finansial aman, keluarga sehat, gue pun siap berangkat. Tapi kenyataannya, karena suara gue yang memiliki range dan batas suara atas-bawah yang unik, gue pun divonis harus berlatih ulang total sebagai sopran. Hal itu ga bisa instan, butuh waktu dan latihan yang tepat. Maklum, standar belajar musik klasik di Eropa itu luar biasa tinggi, jadi ga bisa asal masuk aja. Audisi dari 200-500 orang, bisa aja yang masuk di bawah 10 orang.


Pulang dari perjalanan itu, keluarga gue mengalami beberapa hal, yang membuat gue harus melupakan sejenak impian gue. Musibah menimpa kakak gue, dan tanpa jeda, nyokap gue. Gue sempet berpikir, apa gue terlalu egois untuk punya mimpi? Tapi namanya cita2, selama masih bisa dikejar, ya gue kejar. I am that kind of person who would push my luck. Dari kecil gue pengen belajar di luar negeri, dan berkombinasi dengan cinta gue pada musik yang terus bertambah...this is not something I can easily give up on. Dan melihat hasil kegilaan kakak gue yang tertua, yang sekarang karirnya luar biasa di bidang musik, gue cukup yakin, eventually it will pay off. This is worth it.


So here I am today. Menginjakkan kaki di benua Eropa kedua kalinya.
Dengan uang super pas2an, yang cuma cukup untuk selama gue audisi aja, gue mungkin terdengar sangat gila. Apalagi dengan pekerjaan yang gue punya di Jakarta. Orang bilang udah cukup buat gue settle.


The truth is...settling was never an option.
Kebahagiaan itu sederhana. Gue bangun pagi liat nyokap juga bahagia kok. Tapi yang membedakan itu, seberapa mampu kita berbagi kebahagiaan itu, sebanyak apa, dengan orang lain. I simply want more.


And what surprised me, I cannot believe how much support I get from so many people!
Dari bantu cari tiket, bantu cari tempat tinggal, bantu ngomong ke profesor atau direktor sekolah musik, bantu latihan, sampai bantuan2 moril yang ga terhitung banyaknya...gue bener2 terharu! Thank you, semua...gue punya support system yang luar biasa banget. Gue akan melakukan yang terbaik. Tapi apapun hasilnya, gue ga akan pernah menyesali ini.


I am happy because I keep true to myself, I finally stick out to something I love and fight for it. Whatever the result would be, I am already a winner.



Greetings from Vienna. :))

Sunday, January 1, 2012

Singapore Express

I am a huge fan of King' s Singers.
Begitu denger mereka akan konser di Singapore, I couldn't help it, gue harus nonton. Dalam tempo sesingkat-singkatmya gue pun mengatur kepergian gue ke Singapore yang cukup nekad, karena setelah nonton mereka, gue harus pulang ke Jakarta subuhnya, krn sorenya gue sendiri pun punya konser.

I have been familiar with Singapore. Karena dulu sempet bolak-balik waktu kakak gue berobat, gue sama sekali ga takut atau khawatir pergi sendirian ke sana. Ok, gue putuskan untuk berangkat Jumat siang, langsung nonton Wicked (mumpung ke sana), besoknya jalan-jalan, trus malemnya nonton King's Singers, trus besok paginya pulang.

Tibalah hari yang dinanti. Wait. My flight is delayed. DELAYED. Padahal gue cuma punya waktu sekitar 2 jam untuk mencapai Marina Bay Sands, yang belum pernah gue datengin juga. Bener aja, sampe jam 7 gue masih berkutat ngurus imigrasi dan beli nomer telpon, padahal pertunjukan mulai jam 7.30! Akhirnya gue baru bisa masuk dan nonton jam 8.10, itupun dengan membawa segala koper dan dengan perut sangat lapar...T___T

Petualangan belum berakhir. Selesai nonton, gue naik taksi ke hostel yang gue pilih dan book lewat internet. It's a very nice hostel named Five Stones Hostel, lokasinya di Clark Quay, nggak jauh dari mall Central. Gue udah kirim email bahwa gue akan check-in di atas jam 10 PM, tapi nggak tau bahwa hidup gue bakal jadi semacam Mission Impossible.

So, saat masuk gedung hostelnya yang berupa ruko, cuma ada sebuah pintu dan sebuah lift. Seperti hostel lainnya, resepsionisnya ada di lantai 2. Pas masuk lift, ada tulisan; "dear Clarentia, please use the emergency stairs beside the elevator." Okaaay. Gue keluar lift, dan memandang pintu besar di samping. Dengan agak deg-degan gue naik. Sampai lantai 2, yang gue temukan adalah sebuah pintu, sebuah mesin kayak untuk pin, dan bel. Setelah beberapa kali membunyikan bel dan ga ada yang bukain, baru sadar di pintu ada tulisan lagi, "If you check in after 10 PM please call this number". Di bawahnya ada 2 nomer telpon. Masalahnya, Blackberry gue low-bat. Udah merah. Dikit lagi dia akan mati suri. Ok, sambil komat-kamit berdoa, gue dial nomer pertama...

"Sorry, I am taking my maternity leave..."
Terus kenapa ditaro nomernya di situuuu??!
Makin deg-degan. Udah lewat jam 12, dan batere gue mulai kedip-kedip tanda sekarat.
Dial nomer kedua. Nggak diangkat. Dial lagi. Akhirnya diangkat!
"Hello, I want to check in..."
-lalu dia minta data dulu-
"Okay, see your left side, there will be a mailbox..."
Kotak surat. Dari tadi kayaknya gue ga liat. Ah, ini dia!
"The box is locked, please insert this number...1-2-0..."
Masukin nomernya. Kebuka beneran!
"Inside you will find a key attached to a card with your name on it. Use the card to open the door, use the key to your room and to use the elevator."

Bener aja. Ada kunci dan kartu dengan nama gue. Akhirnya gue berhasil masuk, tanpa drama lanjutan. It is a very nice hostel, bersih, aman, dan gue suka karena ada kamar khusus perempuan. Di tiap tempat tidurnya, biarpun yang tingkat atas, ada lampu baca dan colokan. Langsung charge BB, buka peta Singapore untuk jalan-jalan besok, dan tidur.

Besoknya terbangun dengan perut lapar, langsung makan bakutteh di Song Fa, restoran Cina di pojokan seberang Central. Enak banget, tapi ya nggak bisa dibilang murah. Seporsi tambah nasi dan minum jadi 7 SGD. Jalan ke Raffles City, Marina Bay, makan es krim sedollar dan berhenti di Esplanade. Siap untuk nonton my favorite acapella group EVER.

For the concert, I can tell you that we all should just hail to the King's Singers.
Mereka adalah grup acapella dari Inggris yang udah berdiri lama sekali, anggotanya terus diregenerasi kalo ada yang pensiun. They are highly educated, charismatic, and entertaining. The six gentlemen, consists of 2 countertenor, 1 tenor, 2 baritones, and 1 bass, provides us the time of our lives with selections of Christmas songs from folksongs to Baroque to popular songs. Maintaining the world-class performance from beginning to the very end, I found myself breathless during the entire show, and nearly faint when I got the chance to participate in the book signing, greeted by the gentlemen personally and very warmly.

Ddmikianlah, besoknya MRT lagi agak error, sehingga gue naik taksi ke bandara dan terbang ke Jakarta untuk nyanyi di konser jam 5 sorenya.

It's funny how special the trip was in such a short time.
See you soon, Singapore.
:)